Bandar Udara
Internasional Putri Juliana, Belanda
Bandar Udara
Internasional Putri Juliana (IATA: SXM, ICAO: TNCM)
(atau Princess Juliana International
Airport atau Bandar Udara Internasional Saint
Maarten) adalah sebuah bandar udara yang berada di bagian Belanda dari pulau Saint Martin. Pada
tahun 2007, bandar udara ini menangani 1,647,824 penumpang dan 103,650
pergerakan pesawat.[1] Bandar udara ini melayani sebagai sebuah penghubung untuk
maskapai Windward Islands
Airways dan merupakan bandar udara pusat untuk pulau-pulau sekitar
yang lebih kecil (Kepulauan Leeward),
termasuk Anguilla, Saba, St. Barthélemy, dan Sint Eustatius. Bandar
udara ini dinamai dari nama Putri Juliana, yang mendarat di sini pada tahun 1944 sebagai putri mahkota.
Di bagian Perancis dari pulau ini juga terdapat sebuah bandar udara dekat Marigot, yang bernama Aéroport de Grand Case or L'Espérance.
Sejarah
Pada tahun 1942, bandar udara ini mulanya
merupakan sebuah lapangan udara militer. Ia kemudian diubah menjadi bandar
udara umum pada tahun 1943. Pada tahun 1964, bandar udara ini didesain ulang
dan dipindahkan, dengan sebuah bangunan terminal baru dan menara pengendali.
Fasilitas tersebut kemudian ditingkatkan pada tahun 1985 dan 2001.
Modernisasi
Karena peningkatan jumlah penumpang
dan perkiraan pertumbuhan jumlah penumpang pada masa dekat mendatang, Bandar
Udara Internasional Putri Juliana dimodernisasi secara besar dengan mengikuti sebuah
rencana induk 3 fase, dipersiapkan pada 1997.
[2]
Fase pertama merupakan agenda jangka
pendek yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas yang telah ada dan
meningkatkan tingkat pelayanan di bermacam aspek. Termasuk di dalamnya
pelebaran, penguatan, dan perenovasian landasan pacu, peningkatan kapasitas
memuat dari
taxiways,
pembangunan sebuah apron baru dan peningkatan terminal. Fase I selesai pada tahun
2001.
[3]
Fase kedua termasuk menangani
pembangunan sebuah fasilitas radar dan sebuah menara
pemandu lalu lintas udara yang baru, pembangunan sebuah terminal
yang baru dan lebih modern seluas 27000 m
2, yang mampu menangani 2,5
juta penumpang per tahun, dan pembangunan sebuah
Runway End Safety Area (
RESA) sepanjang 150 m,
termasuk sebuah
overrun sepanjang 60 m, pada kedua ujung dari
landasan pacu, untuk memenuhi peraturan
ICAO. Menara pemandu lalu
lintas udara yang baru dan stasiun radar tersebut mulai beroperasi pada 29
Maret 2004, sementara terminal yang baru dibuka pada penghujung bulan Oktober
2006.
[4] Terminal tersebut memiliki 4-5
jetwaysuntuk pesawat besar
seperti
747.
Fase ketiga merencanakan perpanjangan
dari bangunan terminal yang baru dan pembangunan sistem
taxiway paralel penuh.
[5] Bangunan terminal yang baru juga akan
memiliki lebih banyak jetways dan pelayanan dll.
Landasan pacu dan fasilitas
Karena pendekatan ke
Landasan
pacu 10 berada di atas air,
pilot dapat menjadi tidak terarahkan mengenai ketinggiannya saat beroperasi
dengan aturan
visual flight.
Pemeriksaan instrumen, digabungkan dengan pengalaman dan kehati-hatian dapat
mengurangi masalah yang dapat muncul. Malahan, pemberangkatan dari Landasan
pacu 10 memiliki lebih banyak "kesulitan" daripada pendekatannya,
dengan terdapatnya pegunungan di jalur pemberangkatan.
Pesawat yang datang mendekati
pulau pada bagian terakhir dari pendekatan
terakhir untuk Landasan pacu 10, mengikuti sebuah
glide slope 3°, terbang rendah di atas
Pantai
Maho. Gambar-gambar yang berisikan pesawat yang sedang terbang rendah
tersebut dipublikasikan di sejumlah majalah berita di berbagai belahan dunia
pada awal tahun 2000. Pendekatan yang mengerikan dan kemudahan akses untuk
mengambil gambar yang menghebohkan membuat bandar udara ini salah satu dari
tempat favorit di dunia bagi para pengamat pesawat.
Walaupun dengan pendekatan yang
terbilang sulit, tidak terdapat riwayat kecelakaan besar di bandar udara
tersebut, walaupun
ALM Penerbangan 980 kecelakaan 30 mil dari St. Croix pada
2 Mei 1970, setelah beberapa percobaan pendaratan yang tidak berhasil di bandar
udara ini.
Sejak akhir tahun 2008, landasan pacu
09/27 terlah diganti dan sekarang memiliki QFU baru yaitu, 10/28.
Apron
Apron yang utama memiliki luas 72500
m2 dengan 5000 m2 lain di apron
sebelah timur. Untuk menangani kargo, terdapat apron seluas 7000 m2.
Terminal
Bangunan terminal 4 lantai yang baru
menawarkan ruang seluas 27000 m2. Fasilitas yang tersedia termasuk
42 meja check-in, 8 meja transit, 11 gerbang boarding. Untuk penumpang yang tiba, tersedia 10 stan imigrasi dan
untuk keberangkatan tersedia 5 stan emigrasi.[8] Bangunan ini juga memiliki 40 unit kedai.
Penerbangan Pribadi
Untuk melayani pertumbuhan lalu
lintas pesawat pribadi, internasional dan lokal, Bandar Udara Internasional
Putri Juliana memiliki bangunan Fixed Base Operators
Menara
Navigasi
Bandar udara ini dilengkapi dengan
VOR/DME dan NDB. Jam buka bandar udara ini adalah dari pukul 07:00 hingga pukul
21:00
Bandar Udara Lukla, Nepal
Bandar Udara Tenzing-Hillary
(
IATA:
LUA,
ICAO:
VNLK), juga diketahui sebagai
Bandar Udara Lukla, adalah sebuah
bandar
udara kecil di kota
Lukla,
di
Khumbu,
Distrik Solukhumbu,
Zona Sagarmatha,
Nepal Timur. Pada Januari 2008, bandar udara
ini diganti namanya untuk menghormati
Sir Edmund Hillary dan Sherpa
Tenzing
Norgay, orang pertama yang mencapai puncak
Gunung
Everest dan juga menandakan
usaha mereka dalam pembangunan bandar udara ini.
[2] Daratan yang mengelilinginya, udara
yang tipis, udara yang dapat berubah-ubah, dan landasan pacu yang pendek dan miring
membuat pendaratan di bandar udara ini menjadi salah satu pendaratan yang
paling menantang di dunia. Program
History
Channel,
Most Extreme
Airportsmenempatkannya sebagai bandar udara "paling ekstrem" di
dunia.
Bandar udara ini populer karena Lukla
merupakan tempat di mana banyak orang memulai pendakian mereka ke
Gunung
Everest. Terdapat penerbangan harian antara Lukla dan
Kathmandu selama jam siang dengan cuaca yang
bagus. Walaupun jarak penerbangannya pendek, biasanya terjadi hujan di Lukla
sementara matahari bersinar cerah di Kathmandu. Angin yang kencang, awan yang
menutupi, dan jarak pandang yang berubah-ubah sering membuat penerbangan
ditunda atau bandar udara ditutup. Bandar udara ini dilindungi dengan pagar rangkaian
rantai dan dijaga oleh polisi bersenjata Nepal atau
polisi sipil sepanjang waktu
Fasilitas
Landasan
pacu aspal bandar udara hanya dapat diakses oleh helikopter dan pesawat STOL (small fixed-wing short-takeoff-and-landing)
seperti De Havilland Canada DHC-6 Twin Otter atau Dornier Do 228.
Landasan pacu tunggalnya memiliki panjang 1,500 feet (460 m), lebar 65
feet (20 m), dan memiliki gradien 12%. Ketinggian dari bandar udara ini
adalah 9,100 feet (2,800 m). Kapal udara menggunakan landasan pacu
06 hanya untuk mendarat dan landasan pacu 24 untuk lepas landas. Karena
topografinya, tidak ada kemungkinan berputar-putar untuk mencoba mendarat.
Daratan yang tinggi tepat setelah ujung utara dari landasan pacu dan sebuah
turunan yang curam sebesar sekitar 2,000 feet (610 m) di ujung selatan
landasan pacu ke lembah di bawahnya.Terdapat 4 pangkalan apron dan 1
helipad berlokasi 450 feet (140 m) dari
menara kendali. Tidak ada bimbingan pendaratan tersedia dan satu-satunya
layanan lalu lintas udara adalah sebuah
Layanan
Informasi Penerbangan Lapangan Terbang (
Aerodrome
Flight Information Service [AFIS])
Maskapai
|
Tujuan
|
|
Kathmandu
|
|
Kathmandu
|
|
Kathmandu, Kangel Danda, Lamidanda,
Phaplu, Rumjatar [5]
|
|
Kathmandu
|
|
Kathmandu
|
Bandar
Udara Gibraltar
Pada tahun
2004 bandar udara ini menangani 314,375
penumpang dan 380
ton kargo. Bandar udara Gibraltar adalah
salah satu dari sedikit
Bandar Udara Kelas A di dunia. Jalan
Winston
Churchill (jalan utamanya
berhadapan dengan perbatasan
Spanyol)
berpotongan dengan jalur landasan bandar udara ini, sehingga lalu lintas jalan
harus dihalangi setiap ada akan pesawat yang mendarat atau terbang. Program
Most Extreme Airports dari
History
Channel menempatkannya
sebagai bandar udara paling berbahaya di dunia di tempat kelima dan paling
berbahaya di
Eropa.
Walaupun terletak di Gibraltar, bandar
udara ini juga digunakan oleh masyarakat dari/menuju wilayah Spanyol yang
berdekatan seperti
Costa del Sol atau
Campo de Gibraltar
Sejarah
Bandar udara ini dibangun pada Perang
Dunia II atas
race course wilayah ini (diberitahukan oleh
Malta), saat Gibraltar merupakan sebuah markas angkatan laut yang penting untuk
Britania. Dibuka pada tahun
1939, bandar udara ini
tadinya hanya merupakan
lapangan
udara darurat untuk Armada
Udara Angkatan Laut
Kerajaan.
Bagaimanapun, setelahnya jalur
landasannya dipanjangkan dengan mereklamasi
beberapa daratan dari
Teluk Gibraltar menggunakan batu yang diledakkan dari
Batu
Gibraltar sambil melakukan
pekerjaan pada terowongan militer. Perpanjangan besar terakhir dari jalur
landasan ini memungkinkan kapal udara yang lebih besar untuk mendarat di
Gibraltar.
Persengketaan antara
Spanyol dan Britania Raya atas wilayah di mana
bandar udara ini berdiri (berbeda dengan persengketaan Gibraltar itu sendiri)
yang berlanjut telah berdampak serius terhadap pengoperasian bandar udara ini.
Pada
2 Desember 1987, sebuah
persetujuan ditandatangani oleh pemerintah Britania Raya dan Spanyol untuk
memungkinkan bandar udara ini digunakan untuk keperluan sipil.
Persetujuan ini mencanangkan
pembangunan sebuah terminal baru di kota tetangga milik Spanyol,
La Línea de la Concepción berdekatan dengan sisi utara dari
batas yang telah ada. Bagaimanapun, persetujuan tersebut dihalangi oleh
Pemerintah Gibraltar, dipimpin sejak 1988 oleh
Joe Bossano. Akibatnya,
persetujuan itu tidak pernah diterapkan.
Sejak itu, Spanyol berhasil
mengeluarkan Gibraltar dari inisiatif lebar
deregulasi Eropa,
mencegah hubungan langsung dari Gibraltar ke negara
Uni Eropa lainnya (kecuali Britania Raya), di
tempat itu yang tidak memiliki peraturan yang entah bagaimana mengakui
kedaulatan Britania Raya atas
isthmus may be implemented without a previous agreement
on the airport.
Pada penghujung tahun
2005 dan tahun awal
2006, penerapan dari
sebuah persetujuan baru merupakan sebuah topik utama dari
Forum Trilateral
Gibraltar yang diikuti oleh
Pemerintah Gibraltar, Spanyol, dan Britania Raya. Hasilnya,
Persetujuan Córdoba ditandatangani pada 18 September 2006
oleh seluruh pihak. Hal ini menyelesaikan semua pelarangan diskriminatif pada
penerbangan sipil ke Bandar Udara Gibraltar, termasuk pelarangan penerbangan di
atas tanah Spanyol, dan penghindaran Gibraltar dari semua persetujuan Uni Eropa
di angkutan udara, memungkinkan penerbangan sipil dari semua negara ke Bandar
Udara Gibraltar Airport.
[3]
Pada 17 November 2006,
Iberia
Airlines mengumumkan bahwa
mereka akan memulai penerbangan dari
Madrid ke Gibraltar menggunakan pesawat
Airbus
A319. Hal ini merupakan pergerakan penting karena tidak ada maskapai
Spanyol yang pernah terbang ke Gibraltar sejak 1979, karena
status
persengketaannya. Iberia memulai penerbangan ke Bandar Udara Gibraltar pada
16 Desember 2006 dengan sebuah penerbangan dari Madrid yang mengikutsertakan
beberapa pejabat
Pemerintah Spanyol.
Pada 12 September 2008, Monarch
kembali melayani penerbangan dari Gibraltar ke
Bandar Udara Manchester. Monarch
menghentikan rutenya tersebut pada 19 Juli 2006 karena alasan biaya, namun
telah memutuskan untuk mengembalikannya. Rute tersebut akan beroperasi 3 kali
seminggu setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat (tidak 4 kali seminggu seperti yang
lama sebelum ia dihentikan). Rute tersebut juga beroperasi pada hari Kamis dan
Ahad di musim panas.
Pada 22 September 2008, Iberia
mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penerbangannya ke Madrid mulai 28
September karena "alasan ekonomi", yaitu, sepinya permintaan. Hal ini
membuat Gibraltar, sekali lagi, tidak memiliki hubungan udara dengan Spanyol.
[4]
Pada April 2009,
Ándalus Líneas Aéreas mengembalikan hubungan udara Gibraltar
dengan ibukota Spanyol .
[5] Pada Juli 2009, Ándalus juga memulai
jadwal penerbangan ke
Barcelona, menambahkan tujuan di Spanyol
menjadi 2.
[6] Bagaimanapun, maskapai tersebut
menghentikan pelayanannya di rute ini pada September 2009 karena sepinya
permintaan.
[7] Pada April 2010, telah dikonfirmasi
bahwa penerbangan Ándalus ke dan dari Gibraltar telah ditutup secara permanen.
[8] Dan sekali lagi, Gibraltar tidak
memiliki hubungan udara ke Spanyol. Ándalus Líneas Aéreas berhenti beroperasi
pada 13 Agustus 2010.
Pada Desember 2010,
EasyJet mengumumkan bahwa sebuah rute baru
yakni Gibraltar ke
Liverpool. Hal ini merupakan kali pertama di
mana sebuah maskapai mengoperasikan sebua penerbangan dari Liverpool ke
Gibraltar. Rute tersebut akan beroperasi pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu,
kemungkinan untuk mengurangi penundaan di banda udara dan bentrok dengan
penerbangan Monarch ke Manchester.
Pada 18 Mei 2011,
Bmibaby mengumumkan bahwa mereka akan
melaksanakan penerbangan dari Gibraltar ke
East
Midlands mulai 31 Maret 2012.
Hal ini merupakan kali pertama sebuah maskapai mengoperasikan sebuah
penerbangan dari East Midlands ke Gibraltar. Rute ini akan beroperasi pada hari
Selasa, Kamis, dan Sabtu dan akan dioperasikan dengan
Boeing
737-300.
Terminal
Ada satu
terminal di Bandara Internasional Gibraltar. Penerbangan keberangkatan
dipindahkan ke terminal baru pada 26 September 2012 ketika terminal lama
ditutup pada 25 September 2012.
Terminal
lama dibangun pada 1959 dan diperbaharui pada akhir 1990an. Selama
bertahun-tahun terminal ini sudah terlalu kecil untuk menampung jutaan
penumpang. Luas terminal adalah 20,000 m2 (220,000 sq ft) memiliki 10
meja check in, sebuah tempat pengambilan bagasi, sebuah gerbang keamanan, 2
gerbang keberangkatan. Gerbang keberangkatan kemudian memungkinkan penumpang
untuk naik bus yang membawa mereka ke salah satu tribun baru. Pada 26 November
2011, gerbang kedatangan ditutup dan dipindahkan ke terminal baru sebagai tahap
pertama pembukaan terminal baru.
Terminal
baru didirikan untuk mengatasi jumlah penumpang di Bandara Internasional
Gibraltar yang sudah melebihi kapasitas.
Maskapai
|
Tujuan
|
|
London-Heathrow
|
|
London-Gatwick
|
|
London-Luton, Manchester,
Birmingham
|
|
Marrakech
|
Bandar
Udara Internasional Kansai, Jepang
Bandar Udara Internasional Kansai
(
関西国際空港 Kansai
Kokusai Kūkō?)
(
IATA:
KIX,
ICAO:
RJBB), adalah sebuah
bandarainternasional
yang terletak di sebuah pulau di tengah-tengah
Teluk Osaka, jauh dari pantai
distrik Sennan di
Osaka,
Jepang. Bandara
ini disebut juga sebagai Osaka Airport dalam bahasa Inggris, dan sebagai
関空
(Kankū) dalam bahasa Jepang (jangan dibingungkan dengan bandara lain bernama
Bandar Udara Internasional Osaka yang terletak lebih dekat dengan kota
Osaka).
Selama tahun
2004, KIX telah
melayani 102.862 pergerakan pesawat, yang 72.096 di antaranya adalah
penerbangan internasional, dan 30.766 lainnya adalah penerbangan domestik.
Jumlah penumpang yang bepergian melalui Kansai sebanyak 15.340.975 penumpang,
yang 11.162.533 di antaranya merupakan penumpang
internasional,
dan 4.178.422 merupakan penumpang domestik
Sejarah
Pada tahun 1960, ketika daerah Kansai
dengan cepat kehilangan perdagangan ke Tokyo, perencana mengusulkan bandara
baru dekat Kobe dan Osaka. Bandara Internasional Osaka, terletak di berpenduduk
padat pinggiran kota Itami dan Toyonaka, dikelilingi oleh bangunan, tetapi
tidak bisa diperluas, dan beberapa negara tetangga telah mengajukan keluhan
karena masalah polusi suara.
Setelah protes di sekitar Bandara Internasional New Tokyo (sekarang Bandara
Internasional Narita), yang dibangun dengan tanah diambil alih di bagian
pedesaan di Prefektur Chiba, perencana memutuskan untuk membangun bandara lepas
pantai. Bandara baru merupakan bagian dari sejumlah perkembangan baru untuk
merevitalisasi Osaka, yang telah kehilangan tanah ekonomi dan budaya ke Tokyo
hampir sepanjang abad ini.
Awalnya, bandara direncanakan akan dibangun di dekat Kobe, tetapi kota Kobe
menolak rencana tersebut, sehingga bandara tersebut dipindahkan ke lokasi yang
lebih selatan di Osaka Bay. Ada, bisa buka 24 jam per hari, tidak seperti
pendahulunya di kota.
Konstruksi
Sebuah
pulau buatan manusia, panjangnya 4 km (2,5 mil) dan 2,5 km (1,6 mil) luas,
diusulkan. Insinyur yang diperlukan untuk mengatasi risiko gempa bumi dan topan
yang sangat tinggi (dengan badai hingga 3 m (10 kaki)).
Konstruksi
dimulai pada 1987. Dinding laut selesai pada tahun 1989 (yang terbuat dari batu
dan 48.000 blok beton tetrahedral). Tiga gunung yang digali untuk 21.000.000 m3
(27.000.000 cu yd) dari TPA. 10.000 pekerja dan 10 juta jam kerja selama tiga
tahun, menggunakan delapan puluh kapal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 30
meter (98 kaki) lapisan tanah atas dasar laut dan di dalam dinding laut. Pada
tahun 1990, sebuah jembatan tiga kilometer selesai dibangun untuk menghubungkan
pulau ke daratan di Desa Rinku, dengan biaya sebesar $ 1 miliar. Selesai dari
pulau buatan peningkatan bidang Prefektur Osaka hanya cukup untuk
memindahkannya terakhir ukuran Prefektur Kagawa (meninggalkan Kagawa sebagai
terkecil oleh daerah di Jepang).
Dengan
penawaran dan konstruksi bandara merupakan sumber perdagangan internasional
gesekan pada akhir 1980-an dan 1990-an. Perdana Menteri Yasuhiro Nakasone
merespon kekhawatiran Amerika, terutama dari Senator Frank Murkowski, tawaran
yang akan dipakai untuk kepentingan perusahaan Jepang dengan menyediakan kantor
khusus untuk calon kontraktor internasional, [1] yang pada
akhirnya tidak sedikit untuk memudahkan partisipasi dari kontraktor asing di
proses tender. [2] Kemudian,.
maskapai penerbangan asing mengeluhkan bahwa dua pertiga dari keberangkatan
ruang aula counter telah dialokasikan ke operator Jepang, ditujukan untuk
gerbong penumpang yang sebenarnya melalui bandara.[3]
Pulau ini telah diprediksi untuk secara bertahap tenggelam sebagai berat dari
bahan yang digunakan untuk pembangunan akan menyebabkan itu untuk kompres.
Namun, pada saat ini, pulau itu tenggelam 8 m (26 kaki), jauh lebih dari yang
diperkirakan. Proyek ini kemudian menjadi sipil paling mahal karya proyek dalam
sejarah modern setelah dua puluh tahun perencanaan, tiga tahun konstruksi dan
beberapa miliar dolar investasi. Banyak dari apa yang dipelajari masuk ke
pulau-pulau buatan berhasil dalam lumpur deposit untuk Bandara Baru Kitakyushu,
Bandara Kobe , dan Bandara Internasional Chubu Centrair . Pelajaran dari
Bandara Kansai juga diterapkan dalam pembangunan Bandara Internasional Hong
Kong.[4]
Pada tahun
1991, terminal konstruksi dimulai. Untuk mengimbangi tenggelamnya pulau,
adjustable kolom yang dirancang untuk mendukung bangunan terminal. Ini dapat
diperpanjang dengan memasukkan pelat logam tebal di pangkalan mereka. Pejabat
pemerintah diusulkan mengurangi panjang terminal untuk memotong biaya, tetapi
arsitek Renzo Piano tetap bersikeras pada terminal panjang lebar penuh yang
direncanakan.[5] Bandara
ini dibuka pada tahun 1994.
Pada
tanggal 17 Januari 1995, Jepang telah terkena gempa Kobe, yang pusat gempa
berada sekitar 20 km (12 mil) dari KIX dan menewaskan 6434 orang di pulau utama
Jepang Honshu. Karena rekayasa gempa, bandara muncul tanpa cedera, sebagian
besar karena penggunaan sendi geser. Bahkan di kaca jendela tetap utuh.
Kemudian, pada tahun 1998, bandara selamat dari topan dengan kecepatan angin
hingga 200 km / jam (120 mph).
Pada tanggal 19 April 2001, bandara adalah salah satu dari sepuluh struktur
diberi "Rekayasa Sipil Monumen dari Milenium" penghargaan oleh
American Society of Civil Engineers.[6]
Total
biaya Kansai Airport sejauh ini adalah $ 20 miliar. Ini termasuk reklamasi
tanah, dua landasan pacu, terminal dan fasilitas. Sebagian besar biaya tambahan
pada awalnya karena pulau tenggelam, diharapkan disebabkan tanah lunak dari
Osaka Bay. Setelah konstruksi tingkat tenggelamnya dianggap begitu parah
bandara yang telah banyak dikritik sebagai bencana rekayasa geoteknik. Tingkat
tenggelam sejak jatuh dari 50 cm (20 in) selama 1994 sampai 7 cm (2,8 in) pada
tahun 2008
Operasi
Dibuka pada tanggal 4 September 1994,
bandara berfungsi sebagai hub untuk beberapa maskapai seperti All Nippon
Airways, Japan Airlines, dan Nippon Cargo Airlines. Ini adalah pintu gerbang
internasional untuk Jepang
Kansai wilayah, yang berisi
kota besar di
Kyoto, Kobe, dan
Osaka. Kansai penerbangan domestik Lain terbang dari yang lebih tua tapi lebih
berlokasi Bandara Internasional Osaka di
Itami, atau dari Bandara Kobe
yang baru.
Bandara ini telah dililit utang, kehilangan $ 560 juta minat setiap tahun.
Maskapai penerbangan telah dijauhkan oleh biaya pendaratan tinggi (sekitar $
7.500 bagi sebuah
Boeing 747),
yang paling mahal kedua di dunia setelah Narita. Pada tahun-tahun awal operasi
bandara, terminal berlebihan sewa dan utilitas tagihan untuk-situs konsesi juga
melaju biaya awal operasi: beberapa perkiraan sebelum membuka menyatakan bahwa
secangkir kopi harus memakan biaya US $ 10.
[8] Pemilik usaha Osaka menekan pemerintah
untuk mengambil beban yang lebih besar dari biaya konstruksi untuk menjaga
bandara menarik untuk penumpang dan maskapai penerbangan.
[9] Saat ini, setelah diskon besar, jumlah
penerbangan meningkat.
Pada tanggal 17 Februari 2005,
Bandara Internasional Chubu
Centrair dibuka di
Nagoya, di timur
Osaka. Pembukaan bandara itu diharapkan dapat meningkatkan persaingan antara
bandara internasional Jepang. Meskipun demikian, total penumpang naik 11% pada
2005 dibandingkan 2004, dan penumpang internasional meningkat menjadi 3,06 juta
pada tahun 2006, naik 10% dari tahun 2005. Menambahkan untuk kompetisi ini
adalah pembukaan Kobe Bandara, kurang dari
Templat:Mengkonversi , pada tahun 2006 dan perpanjangan
landasan pacu di
Tokushima Airport di
Shikoku pada tahun 2007.
Kansai telah dipasarkan sebagai
alternatif Bandara Narita bagi wisatawan internasional dari
Wilayah Tokyo Raya . Dengan terbang ke Kansai dari
Bandara Internasional Tokyo | Bandara Haneda]] dan menghubungkan
ke penerbangan internasional di sana, wisatawan dapat menghemat waktu tambahan
yang dibutuhkan untuk sampai ke Narita: sampai satu setengah jam untuk banyak
penduduk [[Prefektur Kanagawa] ] dan selatan Tokyo. Karena sifat waktu terbatas
baru Haneda
yang jarak jauh slot internasional ini
akan tetap menjadi pilihan yang layak bagi wisatawan siang hari.
Terminal
KIX memiliki sebuah
terminal bertingkat 4 yang dirancang oleh Renzo Piano Building Workshop (Renzo
Piano dan Noriaki Okabe). Bangunan tersebut merupakan terminal bandara
terpanjang di dunia, yang panjangnya mencapai 1,7 km: sebuah ban berjalan
memindahkan penumpang dari satu ujung terminal menuju ujung yang lain.
Bandar
Udara Nggurah Rai, Indonesia
Sejarah
Bandar
Udara Ngurah Rai dibangun tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats
(semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa airstrip
sepanjang 700 M dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban.
Karena lokasinya berada di Desa Tuban, masyarakat sekitar menamakan airstrip
ini sebagai Pelabuhan udara Tuban. Tahun 1935 sudah dilengkapi dengan peralatan
telegraph dan KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaar
Maatschappij) atau Royal Netherlands Indies Airways mendarat secara rutin
di South Bali, yang merupakan nama lain dari Pelabuhan Udara
Tuban.
Tahun 1942
Airstip South Bali dibom oleh Tentara Jepang, yang kemudian dikuasai untuk
tempat mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka. Airstrip yang
rusak akibat pengeboman diperbaiki oleh Tentara Jepang dengan menggunakan Pear
Still Plate (sistem plat baja).
Lima tahun
berikutnya 1942-1947, airstrip mengalami perubahan. Panjang landas pacu menjadi
1200 meter dari semula 700 meter. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan
menara pengawas penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. Komunikasi penerbangan
menggunakan transceiver kode morse.[1]
Untuk
meningkatkan kepariwisataan Bali, Pemerintah Indonesia kembali membangun gedung
terminal internasional dan perpanjangan landas pacu kea rah barat yang semula
1200 meter menjadi 2700 meter dengan overrun 2 x 100 meter.
Proyek yang berlangsung dari tahun 1963-1969 diberi nama Proyek Airport Tuban
dan sekaligus sebagai persiapan internasionalisasi Pelabuhan Udara Tuban.
Proses
reklamasi pantai sejauh 1500 meter dilakukan dengan mengambil material batu
kapur yang berasal dari Ungasan dan batu kali serta pasir dari Sungai Antosari
– Tabanan.
Seiring
selesainya temporary terminal dan runway pada Proyek Airport Tuban, pemerintah
meresmikan pelayanan penerbangan internasional di Pelabuhan Udara Tuban,
tanggal 10 Agustus 1966.
Penyelesaian
Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan
nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah
Rai (Bali International Airport Ngurah Rai).
Untuk
mengantisipasi lonjakan penumpang dan kargo, maka pada tahun 1975 sampai dengan
1978 Pemerintah Indonesia kembali membangun fasilitas-fasilitas penerbangan,
antara lain dengan membangun terminal internasional baru. Gedung terminal lama
selanjutnya dialihfungsikan menjadi terminal domestik, sedangkan terminal
domestik yang lama digunakan sebagai gedung kargo, usaha jasa katering, dan
gedung serba guna.[1]
Proyek
FBUKP tahap I (1990 – 1992) meliputi Perluasan Terminal yang dilengkapi
dengan garbarata (aviobridge), perpanjangan landas pacu menjadi 3000
meter, relokasi taxiway, perluasan apron, renovasi dan perluasan gedung
terminal, perluasan pelataran parkir kendaraan, pengembangan gedung kargo,
gedung operasi serta pengembangan fasilitas navigasi udara dan fasilitas catu
bahan bakar pesawat udara.
Proyek
FBUKP tahap II (1998-2000), pengembangan bandara dikerjakan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, antara lain dengan memanfaatkan hutan bakau seluas
12 Ha untuk digunakan sebagai fasilitas keselamatan penerbangan.
Rencana
Proyek FBUKP tahap III meliputi Pengembangan Gedung Terminal, Gedung Parkir,
dan Apron. Luas terminal domestik saat ini hanya akan dikembangkan hingga total
luasnya mencapai 12.000 m yang nantinya akan digunakan sebagai terminal
internasional. Adapun eksisting terminal internasional akan dialihfungsikan
menjadi terminal domestik. Dengan kondisi tersebut, Bandara Ngurah Rai akan
mampu menampung hingga 25 juta penumpang
Terminal
Bandara ini memiliki satu
terminal domestik
dan satu terminal internasional.
Saat ini, terminal domestik menempati
area terminal internasional lama. Terminal domestik keberangkatan memiliki 8
gerbang, gerbang 1A, 1B, 1C, 2, 3, 4, 5, dan 6. Terminal domestik kedatangan
memiliki 4 pengambilan bagasi
Terminal internasional sudah selesai
direnovasi. Untuk keberangkatan berada di lantai 3 dan kedatangan ada di lantai
1. Terminal internasional keberangkatan memiliki 14 gerbang. Gerbang 1A, 1B, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9A, dan 9B berada di lantai 3 dan gerbang 10, 11, dan 12 ada
di lantai 1. Untuk gerbang keberangkatan internasional difasilitasi garbarata (
aviobridge).
Terminal internasional kedatangan memiliki 7 pengambilan bagasi.
[2] Terdapat pula fasilitas
Visa on Arrival (VOA) dan
imigrasi serta
bea cukai (
custom) di area kedatangan
internasional.
Transportasi Darat
Angkutan kota yang
dikenal juga dengan angkot (di Bali lebih dikenal dengan sebutan
"Bemo" walaupun tidak beroda tiga) tersedia setiap saat menuju ke
terminal umum. Angkot merupakan alternatif transportasi paling
ekonomis.
Taksi (Airport Taxi Service) tersedia
dengan membeli tiket sebelum keluar dari terminal baik di domestik maupun
internasional. Selain taksi resmi bandara, taksi lain dilarang beroperasi
membawa penumpang keluar dari bandara. Namun, semua
taksi boleh mengantar penumpang ke bandara.
Bandara ini juga menyediakan sewa
mobil dari operator lokal dan internasional,
meliputi: TRAC, Avis, Thrifty, dan Hertz.